Soe (dibaca "so-e", ditulis pula dengan SoE dan Soë) adalah ibu kota Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Keterangan
Soe (dibaca "so-e", ditulis pula dengan SoE dan Soë) adalah ibu kota Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
SEJARAH

Sejarah Pemerintahan Kabupaten Timor Tengah Selatan dibagi atas dua bagian yaitu: Sejarah Pemerintahan Raja-Raja dan Sejarah Pemerintahan Pasca Kemerdekaan.

Sejarah Pemerintahan Raja-Raja
Sebelum terbentuknya Kabupaten Timor Tengah Selatan , pernah didiami oleh 3 (tiga) kerajaan atau swapraja yaitu Swapraja Mollo (OEnam), Swapraja Amanuban (Banam) dan Swapraja Amanatun (Onam).


Kerajaan Mollo (OEnam)
Kerajaan Mollo merupakan salah satu bagian dari wilayah bekas Kerajaan OEnam. Adapun yang menjadi raja pertamanya adalah To Oematan (To Luke'mtasa). Pada saat itu To Oematan merupakan fetor Mollo, tapi ketika kerajaan Mollo dibentuk, maka ia langsung diangkat sebagai raja dan menandatangani Korte Verklaring pada 10 Mei 1916. Tetapi sebelumnya To Oematan bersama-sama dengan Usif Nunbena Bait Oematan (Bait Kaunan) dan Moeb Baki Fobia telah menandatangani ikrar kesetiaan pada Ratu Welhelmina dan dipertuan Gubernur Jenderal Belanda di Batavia pada tanggal 19 April 1907 bertempat di Kapan.

Akan tetapi, bilamana sampai kapan Raja To Oematan memerintah di Kerajaan Mollo belum dikatahui dengan pasti. Namun, diperkirakan ia mulai berkuasa sesudah Perang Nefo Besak sekitar tahun 1906. Salah satu hal penting dan sangat bermanfaat bagi rakyat Mollo yang dilakukan oleh Raja To Oematan selama masa pemerintahannya adalah didirikannya Sekolah Rakyat (Volks School) pada tahun 1908 di Nefokoko yang kemudian dipindahkan ke Kapan tahun 1910. Setelah beberapa lama Raja To Oematan memerintah, ia menyerahkan jabatannya kepada juru bahasanya yaitu Lay A Koen (Tabelak Oematan) atau Wellem Fredik Hendrik Oematan untuk menjalankan tugas sebagai Raja Mollo.



Kerajaan Amanuban (Banam)
Kerajaan Amanuban secara resmi berdiri pada abad ke 17 oleh Bil Banu, seorang keluarga Nope. Kerajaan ini merupakan gabungan dari kerajaan kecil atau lebih tepatnya disebut kesatuan-kesatuan suku (clan) yang telah ada bertahun-tahun sebelumnya. Raja Bil Banu meletakkan dasar-dasar yang kuat bagi perkenbangan kerajaan Amanuban.

Ia sudah menyusun struktur organisasi kerajaan dan nama-nama jabatannya. Tugas selanjutnya adalah berusaha memajukan kesejahteraan hidup masyarakat, menjamin keamanan dan perdamaian rakyatnya. Raja Bil Banu diganti oleh putranya yang bernama Luis II. Raja Luis II melanjutkan apa yang telah dirintis oleh Raja Bil Banu. Kegiatan dari Raja Luis II ini tidak banyak diketahui. Raja Luis II diganti oleh Tubanu/Bil. Mengenai Raja ini tidak banyak diketahui.

Tubanu/Bil diganti oleh raja yang bernama Luis III. Pada zaman Luis III inilah pusat kerajaan di Pili dipindahkan ke Niki-Niki. Pemindahan Ibukota Kerajaan ini diperkirakan pada tahun 1709


Kerajaan Amanatun (Onam)

Leluhur Amanatun yang dikenal dengan "sebutan Banunaek" itu memasuki wilayah Amanatun dengan bantuan suku Nokas, Kobi, Nitbani dan Bana serta sejumlah tokoh adat lainnya. Kedatangan Banunaek ke wilayah ini mendapat sambutan baik dari semua pemimpin kesatuan kelompok (suku) yang ada di Amanatun. Kemudian atas kesepakatan smua pemimpin suku tersebut, mak Banunaek diakui sebagai raja (Usif) di wilayah Amanatun. Banunaek dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya selalu dibantu oleh suku-suku Bana, Nokas, Liunokas, Kobi, Benu, Tahun, Nenabu dan Misa.

Mnurut cerita rakyat bahwa leluhur Banunaek di Amanatun saat dilahirkan terdiri atas dua putra (kembar) yakni seorang yang dilahirkan pada siang hari dan seorang yang dilahirkan pada malam hari. Yang dilahirkan pada siang hari dinamai "Neno" (Siang) sedangkan yang dilahirkan pada malam hari tepat pada bulan purnama dinamai "Funan" (Bulan).

Dalam perjalanan selanjutnya, yang menjadi raja di Amanatun turuntemurun adalah Banunaek yang berasal dari garis keturunan Neno yang berperan sebagai kakak (Tataf) yang ditempatkan dipusat kerajaan di Nunkolo. Sementara keturunan Funan yang berperan sebagai adik (Olif) ditempatkan di Menu.


Sejarah Pemerintahan Pasca Kemerdekaan

Sejarah Pemerintahan Kabupaten Timor Tengah Selatan Pasca Kemerdekaan di bagi atas beberapa periode antara lain :
Periode 1945 - 1958 : Zelfbestuuren de Lanschappen
Periode 1958 - 1960 : Peralihan Swapraja menjadi Kabupaten
Periode 1960 - 1973 : Konsolidasi Pemerintahan Daerah
Periode 1974 - 1999 : Titik Berat Otonomi Daerah
Periode 1999 - sekarang : Era Reformasi

VISI
Visi pembangunan Kabupaten Timor Tengah Selatan 2009-2014 yaitu terwujudnya kehidupan masyarakat Timor Tengah Selatan yang Religius, Adil, Merata, Maju, Mandiri dan sejahtera.

Visi diatas mengandung makna sebagaimana untuk terwujudnya kehidupan masyarakat Timor Tengah Selatan sebagai berikut :


Religius, terkandung maksud pembangunan harus disyukuri sebagai anugerah Tuhan sehingga nilai-nilai luhur budaya terutama kejujuran dapat dihayati dan diamalkan dalam setiap perilaku pelayanan pembangunan;
Adil merata, terkandung maksud pelayanan pembangunan harus adil dan merata dalam berbagai aspek sehingga jangkauan pelayanan dapat terwujud dalam pemanfaatannya bagi seluruh komponen;
Maju, terkandung maksud upaya pembangunan secara bertahap dan berkesinambungan dengan meningkatkan disiplin dan etos kerja bagi aparatur pemerintah, masyarakat dan swasta terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;
Mandiri, terkandung maksud melaksanakan hak dan kewajiban sebagai daerah daerah otonom bertumpu pada kemampuan serta potensi yang dimiliki oleh daerah dalam menghadapi dan menyelesaikan setiap permasalahan;
Sejahtera, terkandung maksud semua hasil pembangunan ditunjukan untuk menciptakan rasa kesejahteraan masyarakat yang berkecukupan atau tidak berkekurangan yang berdampak baik tidak hanya pada dimensi fisik atau materi tetapi juga dimensi rohani.


MISI
Untuk mencapai Visi pembangunan tersebut maka ditetapkan 11 (sebelas) MISI pembangunan Timor Tengah Selatan, sebagai berikut :

Mewujudkan ketaqwaan dan kehidupan masyarakat yang bermoral, beretika dan berbudaya;
Mewujudkan standar pendidikan yang bermutu dan memiliki daya saing;
Mewujudkan standar pelayanan masyarakat yang berkualitas;
Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa;
Mewujudkan daya saing masyarakat di bidang ekonomi secara bertahap dan berkelanjutan;
Mewujudkan sarana dan prasarana secara bertahap dan berkelanjutan;
Mewujudkan kesejahteraan gender dan keadilan gender bagi masyarakat;
Mewujudkan pengembangan teknologi pengelolaan dan kelestarian lingkungan hidup yang berkelanjutan;
Mewujudkan kreativitas dan inovasi pemuda sebagai wadah penyaluran minat dan bakat;
Mewujudkan perlindungan anak dan perempuan;
Mewujudkan kehidupan keluarga sejahtera mandiri;

ARTI LOGO

Perisai segi lima berwarna dasar kuning dan hijau bergaris pinggir tebal; berwarna putih melambangkan alat perlindungan rakyat
Segi lima melambangkan dasar falsafah Negara yakni Pancasila
Lukisan bintang yang berwarna kuning keemasan melambangkan keagungan dan kemuliaan Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta yang member hidup dan menyinari kehidupan manusia pada umumnya, khususnya rakyat Timor Tengah Selatan.
Tunggul pohon cendana dengan delapan akar berwarna coklat, melambangkan ciri khas cendana di daerah Timor Tengah Selatan khususnya dan Timor pada umumnya, yang terdapat pada delapan buah kecamatan dalam wilayah Daerah Tingkat II Timor Tengah Selatan, dan merupakan hasil hutan yang sangat menonjol di Daerah Tingkat II Timor Tengah Selatan.
Gunung berwarna biru menunjukan letak daerah ini, yang sebagian besar wilayahnya adalah daerah pegunungan dengan berbagai macam hasil bumi, sejak dulu kala menjadi kebanggaan masyarakat dan merupakan ketenangan hidup bagi masyarakatnya yang penuh semangat membangun daerahnya sepanjang masa.
Gerigi roda melambangkan pembangunan yang sedang digalakkan di Daerah Tingkat II Timor Tengah Selatan.
Lukisan padi dan kapas mangandung arti dan tujuan kesejahteraan materi dan rohaniah bagi rakyat Daerah Tingkat II Timor Tengah Selatan; 58 butir padi; 12 buah gerigi, melambangkan tahun, bulan dan tanggal terbentuknya Daerah Tingkat II Timor Tengah Selatan (20 Desember 1958) yang secara garis besar digambarkan dengan angka 1958.
Lima mata rantai yang bersambung pada bagian bawah pada/ kapas melambangkan lima buah kecamatan yang pertama kali dibentuk pada saat awal pembentukan Kabupaten Timor Tengah Selatan, yakni kecamatan-kecamatan MOLLO, AMANATUN, AMANUBAN BARAT, AMANUBAN TENGAH DAN AMANUBAN SELATAN.